Oleh Bumi (Untukmu...)
Terkadang semua itu sulit untuk diucapkan…
Terlebih bila itu datangnya dari yang ‘tak terdefinisikan’…
Ya.. Sesuatu yang hanya bisa diungkapkan lewat lamunan..
Dan itu wajar.. Selagi masih ada asa dan harapan..
Momentum dari buah pikiran yang menjadi landasan untuk menentukan langkah…
Dari impian hati yang mengagumi suatu maha karya indah..
Akan terwujud pada waktunya…
Berharaplah.. Pada keyakinan hati yang akan tiba seketika peralihan senja..
Masih ada senyum dalam perihnya kehidupan..
Setiap saat terbesit asa yang terlintas di pikiran..
Ketika tersisa harapan yang semakin terkikis oleh kejamnya waktu..
Kesabaran adalah pilihan terbaik meskipun semu..
Dan hingga penghujung senja tiba..
Merekam setiap jejak langkah yang telah dilewati dengan suka duka..
Nantikanlah.. sesuatu dari hati yang akan dipersembahkan…
Oleh bumi untukmu.. Bulan..
Matikan Jiwa Ini
Tak perlu kubasuh lagi dengan air yang bening..
Karena darah ini sudah membasahi mataku..
Tak ada gunanya kubersihkan penglihatanku..
Sedangkan aku tak lagi dapat memandang sisi lain dari kehidupan..
Sisi dimana semua orang mendapatkan kesempurnaan..
Haruskah kubutakan mata hati ini dengan paku karat yang tertancap dalam?
Saat asa yang tersisa terhempas kejamnya malam..
Jiwa ini masih bisa tersenyum manis..
Meski hati tersayat, luka menganga teriris...
Bahkan tanah tempatku berpijak seakan memanggilku..
Mengubur seluruh harapan yang menjadi satu dengan kotoran semu..
Raga yang mati rasa..
Biarkan saja tanah itu menguburmu!!
Biarkan!!
Sebab tak ada gunanya lagi berlutut dihadapan waktu..
Lebih baik lenyapkan saja aku dari muka bumi..
Jika tak ada kedamaian lagi di hati..
Jika kehadiranku hanya menjadi sampah yang menyesakkan dunia ini..
Hujamkan pisau itu tepat di jantungku!
Sayatlah nadi ini dengan sembilu!
Nisan Itu akan Menjadi Milikku
Gelapnya malam..
Rintikan hujan bergemuruh ..
Duduk ku di atas nisan tak bernama ..
Kutikam doaku dengan belati tak berdosa ..
Sebab semua kata ku bagaikan ilusi tak bermakna ..
Gelap gulita semua .. dunia hampa ..
Tak ada jawab tak ada tanya ..
Harap ku hanya ilusi bagaikan teka teki silang di pos kota ..
Hei ...
Aku ini manusia ..
Bukan nisan tak bernama yang ku duduki ..
Persetan semua ..
Harapanku kan terkubur di bawah nisan ini ..
Sampai ia berontak keluar dan teriakan ..
"ku kan hidup" ..
"ku kan hidup" ..
Menempati raga bernyawa tak berjiwa ..
Sekarang kemana akan pergi ?
Di saat aku tak pernah tau kapan harus berlari . .
Aku memaki . . .
Namun tak seorangpun mendengar. .
Aku meringis ditengah luka hati . . .
Apa mereka mendengar ??
Dimana aku ...
Dimana ?
Ikuti semua asap yang ada di bumi
Mungkin suatu saat nanti dia akan ada . . .
Di depan matamu . . .
Jasad busuk yang tak bergema. . .
Yaitu aku. .
Aku yang akan mati di depanmu. . dengan semua harapan . .
Harapan yang membusuk di tengah sampah-sampah yang berserakan. . .
Nisan itu akan menjadi milikku. .
Jangan pernah kau sesali. . .
Keraguan Ini (Tuhan Kau Tahu)
Wajar bila kegelapan ini selalu menghantuiku...
Seakan tak pernah berhenti untuk menyelimuti kehidupanku...
Melewati malam-malam dengan pengharapan yang teramat sia-sia...
Wajar bila Tuhan menghukum raga ini tanpa rasa...
Memang kebahagiaan tak akan bisa ditebak kapan hadirnya...
Selama waktu masih memutar poros dimensinya tanpa batas...
Tapi selama itukah aku harus menanggung beban yang begitu mustahil untuk dijalani?
Selama itukah Tuhan??
Bahkan hingga sekarang, saat ini, detik ini, jutaan anak panah menghujam tepat di jiwaku..
Merobek semua harapan, asa dimana aku sandarkan di tepian senja...
Tepat dimana anganku masih bisa berdetak walaupun seakan sekarat melihat kenyataan yang ada...
Senyuman ini begitu manis walaupun dalam hati menangis darah luka...
Dan aku tahu..
Esok, lusa ataupun seribu tahun nanti, Engkau memberikan apa yang seharusnya tertulis dalam kertas hidupku..
Kebahagiaan..
Bukan lagi caci maki dari sang malam, dan mentari pagi yang menertawai..
Satu kesalahan besar dalam hidupku.. yaitu berharap terlalu besar, terlalu jauh..
Hingga Takut akan kembali terjatuh..
Andai ku boleh berucap..
Ujian hidup ini memberiku arti betapa berharganya salah satu anugerahMu ini kepada umat manusia..
Terlebih kita tidak tahu kapan ia datang kapan ia pergi...
Haruskah kukecap betapa pahit dan kerasnya jalan yang Kau berikan ini?
Betapa dalam dan luasnya jurang yang Kau anugerahkan ini?
Keraguan untuk melangkah lebih lanjut datang menghantui..
Tepat dimana semua telah tersimpan jauh sebelum aku menyadarinya...
AnugerahMu ini begitu mulia, hingga segan diri ini untuk sekedar menyapa..
Apalagi menjadikannya sebagai satu kesatuan yang utuh, abadi selamanya...
Masih adakah senyum yang tersembunyi dalam jiwa ini meskipun secuil?
Masih mampukan diri ini bernaafas ketika kepekatan hati mengubur dalam-dalam asa ini??
Masih bisakah aku untuk sekali lagi merasakan anugerahMu yang teramat sangat indah ini??
Salahkah jika lebih baik kusimpan semua ini dan ku kubur dalam-dalam, jauh di dasar angan??
Tuhan kau tahu...
Jalan Ini Masih Terlalu Panjang untuk Dilewati
Jalan ini masih terlalu panjang untuk dilewati...
Berputar mengelilingi waktu...
Dan menggoreskan rekam jejak kehidupan seiring rotasi bumi..
Masih ada sisa asa yang tersimpan....
Namun sulit untuk menjadi nyata...
Hingga menutup semua mimpi yg ada, menjadikan sebuah angan yg fana...
Di jalan ini ku masih sendiri...
Dalam senja menatap cakrawala ku berdiri...
Tersisa sebuah dahaga yang mungkin masih bisa terobati...
Dengan darah yang kugoreskan lewat nadi ku ini...
Sempat terbesit untuk lari dari kenyataan...
Namun ku sadar itu hanya semakin membuat diriku tersesat...
Di jalan ini ku berdiri...
Meneruskan langkah dengan arah yang tak diketahui...
Ingat, jalan ini masih terlalu panjang untuk dilewati...
Pada Suatu Masa
Sebuah tanda samar terbesit sekilas melewati batas mimpi. .
Merajam hati yang terslimuti lembayung senja. .
Ketika itu malam meratapi jiwa dgn ramahnya. .
Hanya desir tajam angin yg menyayat pikiran. . .
Semua itu berubah. . .
Seiring datangnya mentari abadi di atas ckrawala. .
Terlepas sudah belenggu jiwa yg mengekang hati. . .
Cahaya itu menerobos masuk, dalam. . Begitu dalam. . .
Hingga tersadar ku tersentak, terpaku kagum, oleh kehangatn sinarnya. . .
Abadilah di hati, . .
Selamanya dlm jiwa. . .
Hingga takdirpun tak mampu mengubah semua. . .
Percayalah. . .
Semua itu tercipta. .
Pada suatu masa. . .
Hingga Saat Itu Tiba
Hingga senja esok tiba, aku akan tetap menunggu disini, di tepian malam tanpa batas, menerawang semua tentang jiwa dan hati yg masih bergelut dgn sepi. . .
Hingga malam berganti, aku akan terus bermimpi, terus bermimpi, dan akan tetap bermimpi, walaupun itu sulit dan takkan pernah terjadi. . Aku akan terus bermimpi. .
Hingga pagi hari menjelang, meniti embun yg sedikit memberikan kekuatan untuk trus mampu berdiri, aku akan tetap berdiri, menatap langit biru yg seakan memberiku arti, tentang bagaimana menilai kehidupan, mencari arti dsetiap detik bergulir, dan mengerti akan makna dari masa lalu. . .
Dan hingga saat itu tiba, masa dimana kekuatan dari dalam hati perlahan membuka ruang jiwa, di saat itu pula aku akan terus menjaganya agar tetap menyala, memberikan separuh hidupku, dan disaat tiba waktunya, matahari tak kunjung menyinari bumi, kekuatan itu akan tetap ada, . .
Abadi. . . Selamanya. .
Melalui Rintik Hujan Ini
Meratapi jiwa yg kosong. . .
Penuh makna yg bgitu dalam. . .
Sarat akan rasa yg trpuruk dalam sepi. . .
Jauh sudah jalanku,yg tlah aku lalui. . .
Meninggalkn jejak duka & bhgia yg saling berpaut melewati batas mimpi. . .
Rintik air & dingin'y hari ini, mengajakku utk skedar berdiri. .
Berdiri menatap langit yg tak bermentari. .
Dan aku masih tetap dgn kesendirianku. .
Dengan asa dan mimpi yg menemaniku. .
Melalui rintik hujan saat ini, kusampaikan semua keinginan, kepada se2orang yg mungkin akan mendampingi hidupku,. . Suatu saat nanti. . .
This Pain
Di tengah awan mendung, hitam memenuhi langit, smua menghilang trbawa angin, arah khdupan itu mulai tak menentu, dan biarkn smua menjadi penderitaan ini. . .
Termenung jiwa ini menatap kenyataan, tak lebih baik dari yg lalu, kembali menyepi, ribuan paku tertancap dalam di relung hati, perlahan semakin menusuk raga yg sbenarnya mulai menginginkan kebahagiaan itu. .
Walau jiwa ini begitu sakit, sungguh2 menyiksa, namun jika itu memang keinginannya, smuanya harus direlakan, brbahagialah. .
Ratapan kosong menyelimuti mata hati yg sblumnya tlah trbuka, kini trpejam, membeku, seakn darah ddlm nadi & jantungku brhnti mngalir, tak mmpu brkata,nfas in tak dpat ungkpn smua,mulut ini trkatup,rapat trkunci dan kmbali larut dlm kepedihan. .
Brbahagialh. . Dan jiwa ini,kmbali bergumul dalam sepi. . . .
Misteri Itu Tetap Ada
Adakalanya senja tak selalu membenamkan sang mentari, kekuatan alam memiliki kuasa. . .
Sering kali hujan tak selalu menyejukan, dan panas tak selalu menghangatkan. . .
Misteri ini selalu ada seiring dgn berputarnya dimensi waktu tanpa batas, beriringan dgn kehadiran takdir yg tak bisa lepas dari kehidupan manusia, . .
Dan manusia tetaplah manusia, hanya bisa berharap dan berharap. . .
Tak bisa mengubah takdir yg tlah di gariskan,,ada kalanya menerima dgn ikhlas,dan tak jarang menghujat,menyesali apa yg tlah ditakdirkan utknya. .
Simponi kehidupan ini membuatku trsadar, . .
Manusia hanya bisa berjalan, menentukan arah dan mengambil keputusan yg tepat. . Kehidupan adalah jalan,. .
Jalan menuju sebuah keabadian,tak ada yg tahu kpn akan berhenti, menatap kebelakang dan memandang ke depan dgn pasti. . Tak ada yg tahu. .
Misteri ini tetap ada. .
Dan takkan pernah berakhir,selama waktu masih mendengungkan detak poros perputarannya. . .
Malam Berganti Malam
Mentari bersinar tak seindah dulu..
Kabut kelam menyelimuti nestapa..
Dan rintik hujan mengiringi kepergiannya..
Merasakan hampa,duka yg dalam..
Mentari bersinar tak sehangat dulu..
Senja tenggelam bertahta kelabu..
Dan kini malam, datangkan muram..
Terpana. . Hanya bisa diam..
Awan hitam menyelubungi hati..
Dingin. . Sepi. .
Tak ada ruang kebahagiaan..
Dan malam... Berganti malam. .