Senin, 20 Juni 2011

Mencegah Demam Berdarah Dengan Merusak Lingkungan?



Masih ingatkah dengan iklan layanan masyarakat 3 M, yaitu kepanjangan dari Menguras bak air, Menutup tempat penampungan air dan mengubur barang-barang bekas. ternyata hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar. Memang benar gerakan 3 M tersebut bertujuan untuk mencegah penularan nyamuk demam berdarah yang dapat beresiko kematian bagi penggunanya, namun langkah untuk M yang terakhir sepertinya kurang tepat untuk dilakukan.

M yang terakhir berarti mengubur barang-barang bekas, seperti kita ketahui barang-barang bekas yang biasa di kubur seperti ember bekas yang sudah rusak, panci yang sudah tidak dapat digunakan, botol-botol, kaleng-kaleng bekas. Barang-barang bekas tersebut apabila dikubur dalam jangka panjang akan
mencemari tanah yang kemudian akan mencemari air tanah permukaan.

Sampah dibedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik, sampah organik akan terurai apabila dikubur di dalam tanah, sedangkan sampah anorganik tidak dapat terurai apabila dikubur di dalam tanah. Sampah anorganik khususnya besi apabila dikubur dalam tanah akan berkarat yang berakibat akan terlepasnya bahan-bahan logam berat seperti kalium dan magnesium. Logam berat ini kemudian akan terkena air hujan yang kemudian akan terbawa ke dalam air tanah permukaan.


Air tanah permukaan merupakan air tanah yang biasa digunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari, sumur-sumur masyarakat pada umumnya juga menggunaan air tanah permukaan. Bayangkan saja apabila logam-logam berat seperti magnesium dan kalium terbawa masuk ke dalam tubuh pada saat kita minum, tentunya akan sangat membahayakan kesehatan kita. Logam-logam berat hasil korosi besi tadi tidak dapat dicerna apabila masuk ke dalam tubuh, logam tersebut akan tertimbun dan lama kelamaan akan menimbulkan penyakit.

Pola instant 3M untuk mencegah berkembangnya nyamuk demam berdarah sepertinya efektif untuk jangka pendek. Mengubur kaleng bekas adalah persoalan besar di masa datang. Bayangkan bila ternyata racun dari kaleng yang berkarat pastinya akan berdampak negatif bagi tanah, dan pastinya akan sulit mengurainya secara alamiah.

Sebaiknya kaleng atau plastik jangan dikubur dalam tanah. Kaleng dan plastik bisa bernilai ekonomis, kenapa tak kita kumpulkan kemudian jual atau berikan pada para pemulung atau pengumpul barang bekas.

Untuk kaleng, plastik atau karet tentunya daur ulang adalah solusi terbaik. Di Jepang, kami pernah menemukan pabrik pengolah limbah, sepasang sepatu kulit sebelum dilabur, dipisah dulu kulitnya, talinya (unsur benang), mur untuk lubang talinya, serta sol yang dari karet, sehingga hasil leburan dari bahan-bahan tadi kembali dapat diolah di pabrik-pabrik. Hal ini tentunya butuh perhatian dari pemerintah, pabrik pengolah limbah ada hampir di setiap kota di Jepang.

Marilah kita senantiasa bijak mengelola tanah kita, tak akan tinggi sebatang pohon bila tidak ditunjang dengan unsur hara yang maksimal dari tanah, artinya percuma kita menanam pohon milyaran kalau tanahnya beracun dan tak mampu memberi pohon tersebut asupan gizi buat sang pohon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar